Hari ini saya mencoba berkegiatan di luar rumah. Setelah menonfirmasi tentang terapi di rumah sakit, saya mengantar adik saya ke Thomas's London Day School. Ketika ada di sana, saya melihat banyak keceriaan dari anak-anak seusia adik saya. Mereka masih polos. Matanya begitu penuh dengan semangat. Banyak kebahagiaan di dalamnya. Kebahagiaan yang pasti tidak ada di mata saya saat ini. Dan yang pasti, mereka begitu optimis. Tidak seperti saya yang sedang berpura-pura optimis.
Saat ini, saya sedang mengamati lalu lintas manusia yang begitu hidup dari balik sela-sela garpu Cookbook Cafe. Mereka tampak berjalan di balik jeruji besi. Lucu. Namun, ketika melihat dengan mata secara langsung terpancar banyak gurat emosi. Ada yang terburu-buru, ada yang bercengkrama dengan anak, ada yang bahagia dengan pasangannya. Dari sini saya mendapat poin bahwa sesuatu yang kita rasakan bisa juga bergantung dengan cara apa kita melihat serta cara kita menghadapi masalah.
Saya amat sadar bahwa saya adalah orang yang sia-sia karena saya hanya melihat dari balik garpu. Terlalu pengecut untuk melihat dari sisi yang luas. Saya berbisik pada diri saya agar menyingkirkan garpu. Sesungguhnya jeruji itu tidak sebesar yang kita lihat. Jeruji itu hanyalah garpu yang terlalu saya dekatkan ke mata sehingga tampak besar. Namun sayang, saya tidak belajar dari anak-anak di sekolah adik saya. Bahwa hari harus dijunjung secara optimis. Hem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar