Sudah saban hari ini saya menikmati malam hari dengan mendengarkan lagu sembari menulis. Kadang antara mengetik dengan bergumam hanya berbeda sekian detik. Seringkali pula bersamaan. Bagian favorit adalah ketika alunan lagu sampai pada lirik "Sang pujaan tak juga datang, angin berhembus bercabang. Rinduku berbuah lara.". Kombinasi tabuhan drum bergaya etnik dipadu dengan petikan gitar akustik dan bass yang kental tersebut (tidak tahu kenapa bagian itu) sangat mampu menjadi obat akan lara. Lara karena ditinggal seorang perempuan yang sudah selama dua setengah tahun belakangan membuat saya menjadi perumus definisi cinta (yang pada akhirnya semua definisi itu berujung pada ketidakpahaman). Lara karena sudah menyakitik hati seorang perempuan yang kemudian sangat saya sesali.
Hasil tulisan saya yaa seperti ini. Meracau. Masih bagus posting ini mampu saya publikasikan. Biasanya berakhir di draft. Hasil lainnya adalah mengotori direct message seoarang teman dengan racauan penuh keluhan bahwa saya membenci diri sendiri.
Bisa jadi, posting kedepannya penuh dengan ketidaknyamanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar