Sabtu, 29 September 2012

Sudah Terlambat

Nyambung sama posting sebelumnya tentang kehilangan. Beberapa jam setelah ngepost tentang itu seorang kawan saya meninggal akibat serangan jantung mendadak. Adik almarhum berkata di jejaring sosialnya bahwa dia sudah terlambat untuk menyadari bahwa dia selalu ingin menunjukkan rasa sayang kepada kakaknya.

Gue jadi keinget sama nyokap. Betapa nakalnya gue dulu bahkan sampe akhir, gue melakukan kenakalan terbesar gue yang sampe sekarang gue sesalin. Gue selalu ngerasa kalo gue penyebab semuanya terjadi. Dan gue teringat sama mantan gue. Bukan keinget yang galau, tapi teringat penyesalan bahwa gue ngga pernah bahagiain dia (anggaplah begitu). Gue terlalu egois dengan selalu menegakkan prinsip gue. Gue kelewat tegas, gue jarang memanjakan dia, gue terlalu jarang membawa dia ke tempat-tempat yang dia inginkan, gue kelewat sibuk dengan pikiran-pikiran gue, gue terlalu pelit. Yang dimaksud pelit adalah hemat. Gimana ya, gue selalu punya pikiran bahwa jika ingin bersenang-senang gue harus melakukan dengan uang sendiri. Uang sendiri itu bukan hasil dari minta bokap tapi bener-bener gue dapet karena gue bekerja. Nah pemikiran gue yang seperti itu lah gue sering mempersulit jalan untuk bersenang-senang.

Gue juga kasar. Itu adalah hal yang paling gue sesalin. Ya sudah lah. Semua sudah terlambat. Yang penting, gue harus memperbaiki segala hal yang gue sesali dengan kamu. Ya, dengan dia yang sekarang mendampingi aku sekarang ini. Terima kasih atas kesempatan re-commitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar