Post Calon Arang di bawah merupakan perkenalan untuk tulisan tentang Cakrabirawa. Gue masih berminat mengulas sedikit lagi tentang PKI. Kali ini tentang Cakrabirawa yang merupakan bagian penting pas eksekusi.
Cakrabirawa adalah resimen yang merupakan pasukan gabungan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI pada zaman pemerintahan Soekarno. Komandan Resimen Cakrabirawa pada saat itu adalah Brigadir Jendral Moh. Sabur.
Kisah tentang Cakrabirawa sendiri masih kabur karena banyak versi bergulir tentang Cakrabirawa. Tapi satu hal yang pasti nasib mereka sama dengan Gerwani dan ormas-ormas yang bersangkutan dengan PKI.
Ada satu kabar yang menyebutkan Suharto mengetahui rencana G30S. Yang tidak diketahui umum dan Intel AD adalah "teknik" kudeta: apakah
konvensional atau lain daripada yang lain. Kudeta konvensional sudah diantisipasi
oleh AD di mana Kostrad, RPKAD dan Divisi Siliwangi di bawah pimpinan Ibrahim Adjie
sudah siap siaga setiap saat.
Jendral S Parman, Kepala SUAD I (Intel AD), kebetulan seorang tetangga sebelah rumah yang ramah dan tidak pelit memberikan info di mana dikatakannya bahwa kakak kandungnya, Ir Sakirman, gembong CC PKI yang pro-Moskow namun terpaksa tunduk kepada DN Aidit yang pro-Peking, mengungkapkan bahwa ia sudah tahu akan kudeta PKI karena diberi tahu oleh Sakirman, sehingga ia menyatakan siap siaga setiap saat untuk membasmi kudeta PKI. Hal ini disampaikannya juga kepada kakak kandungnya Sakirman namun Sakirman adalah komunis tulen, ia tidak bersedia mundur setapak dan loyal sampai mati kepada ideologinya.
Dan pada malam naas itu pasukan Cakrabirawa menggedor rumah dan Parman tanpa curiga membuka pintu. Cakrabirawa mengatakan: "Jendral dipanggil untuk menghadap Bapak Presiden PBR!". Langsung tangannya diborgol kebelakang dan dimasukkan kedalam truk.
Bersamaan waktunya kelima jendral lainnya telah diculik oleh pasukan yang
berseragam Cakrabirawa. Keesokan harinya letkol Untung mengumumkan di RRI bahwa
ia telah mendirikan Dewan Revolusi. Dari sinilah pendapat bahwa memang kudeta yang dirumorkan selama ini sudah direncanakan dimulai.
Korban:
Letjen TNI Ahmad Yani
Mayjen TNI Raden Suprapto
Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono
Mayjen TNI Siswondo Parman
Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Lettu CZI Pierre Andreas Tendean
Bripka Karel Satsuit Tubun
Kolonel Katamso Darmokusumo
Letkol Sugiyono Mangunwiyoto
Para korban dibuang jenazahnya di Lubang Buaya yang sekarang menjadi museum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar